PASAR, ANTARA PAHALA DAN DOSA
Diriwayatkan dari Abi Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:
أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ أَسْوَاقُهَا
“Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjid dan tempat yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasar.” [HR. Muslim].
Catatan
Ada sebuat riwayat menarik yang menjadi latar belakang (Asbabul Wurud) dari hadits di atas yaitu hadits yang diriwayatkan dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari ayahnya, sesungguhnya ada seorang yang menemui Nabi SAW lalu bertanya : “Wahai rasulullah tempat apakah yang paling buruk?”. Rasul menjawab : “Aku tidak tahu”. Ketika Jibril datang menjumpai Nabi, beliau bertanya kepada Jibril: “Wahai Jibril, tempat apakah yang paling buruk?”. Jibril berkata: “Aku tidak tahu. Kutanyakan dulu kepada Rabbku (Allah) azza wa jalla”. Jibril lantas pergi; kemudian setelah beberapa waktu lamanya, Jibril datang dan berkata: “Wahai Muhammad, engkau pernah bertanya kepadaku tentang tempat yang paling buruk, lalu aku menjawab tidak tahu. Hal itu telah kutanyakan kepada tuhanku azza wa jalla: ‘Tempat apakah yang paling buruk?’. Allah swt menjawab: “Pasar”.[HR Ahmad]
Pasar merupakan tempat yang paling buruk karena ia adalah tempat berkumpulnya setan sebagaimana keterangan yang diriwayatkan dari Salman RA, berkata :”Jika kau mampu, janganlah engkau menjadi orang pertama yang masuk pasar dan jangan pula menjadi orang yang paling terakhir keluar dari pasar karena pasar itu adalah tempat peperangannya setan dan di sanalah ditancapkan benderanya.” [HR Muslim]
Keberadaan pasar yang merupakan tempat yang terburuk bukan berarti melarang seseorang untuk masuk ke pasar namun keterangan hadits di atas menganjurkan seseorang agar lebih berhati-hati selama di pasar dan tidak lupa kepada Allah dengan berdzikir kepadaNya. Dalam Kitab Tuhfatul Ahwadzi, At-Thiby berkata : “Pasar adalah tempat kelalaian dimana orang banyak melupakan Allah karena sibuk dengan perdagangan, pasar adalah daerah kekuasaan setan dan markas bala tentaranya. Orang yang ingat Allah dan berdzikir di pasar maka sama halnya ia memerangi setan dan menyerang bala tentaranya di markaznya sehingga ia layak mendapatkan pahala yang besar”. Diriwayatkan dari ‘Umar bin Khattab RA , bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang masuk pasar kemudian membaca:
لا إِلَه إِلَّا اللَّه وَحْده لا شَرِيك لَهُ لَهُ الْمُلْك وَلَهُ الْحَمْد يُحْيِي وَيُمِيتُ، وَهُوَ حَيّ لا يَمُوت، بِيَدِهِ الْخَيْرُ، وَهُوَ عَلَى كُلّ شَيْء قَدِير،
Maka Allah akan menuliskan baginya sejuta kebaikan, menghapuskan darinya sejuta kesalahan, dan meninggikannya sejuta derajat (dalam riwayat lain : dan membangunkan untuknya sebuah rumah di surga) [HR Al-Hakim dengan sanad hasan]
Disamping berdoa ketika masuk pasar, pahala yang besar akan didapatkan jika kita mau mengingat Allah dan beristighfar di dalamnya. Diceritakan oleh seorang tabi’in, Abu Qilabah (w. 104 H) : Ada dua orang mukmin yang bertemu di pasar lalu yang satu menasehati temannya: “Mari kita memohon ampun kepada Allah di tengah kelalaian manusia”. Keduanyapun banyak membaca istighfar. Suatu ketika salah satu orang ini meninggal. Tiba-tiba yang hidup bermimpi ketemu temannya. Dia berkata :
يا أخي ! أشعرت أن الله غفر لنا عشية التقينا في السوق
“Wahai saudaraku, Tahukah kamu bahwasannya Allah mengampuni dosa kita pada sore hari ketika kita ketemu di pasar.’ [Mushannaf Abi Syaibah]
Membaca dzikir tatkala masuk pasar dan beristighfar ketika di dalamnya termasuk kategori berdzikir di tengah kelalaian yang besar sekali pahalanya dikarenakan beberapa alasan yang disebutkan oleh al-Hafidz Ibnu Rajab diantaranya : 1. Dzikir tersebut akan lebih rahasia. Amal sunnah yang lebih rahasia, nilainya akan lebih besar. 2. Amal tersebut lebih berat dilakukan karena pada umumnya seseorang cenderung mengikuti apa yang dilakukan kebanyakan orang di sekitarnya. Sedangkan amal yang lebih berat akan mendatangkan pahala yang lebih besar . 3. Berdzikir di tengah kelengahan masyarakat, menjadi sebab Allah tidak menurunkan adzab kepada mereka. Sebagian ulama salaf mengatakan, ”Berdzikir mengingat Allah di tengah orang-orang yang lupa, ibarat orang yang melindungi sekelompok masyarakat yang lemah. Andaikan bukan karena keberadaan orang yang berdzikir di tengah kelalaian manusia, niscaya mereka akan binasa.” [Lathaif al-Ma’arif] Wallahu A’lam. Mudah-mudahan Allah menguatkan kita agar senantiasa bisa berdzikir mengingatNya dimanapun dan kapanpun sehingga mendapat pahala dan ampunan-Nya