Musibah Itu Turun karena Dosa atau Ujian...?

Musibah Itu Turun karena Dosa atau Ujian...?


BANYAK dari kita yang tidak menyadari akan banyaknya dosa yang hinggap dalam diri. menganggap bahwa dosa itu merupakan hal sepele yang mudah dilupakan dan tiada balasan. Namun ketika musibah menghampiri, kitapun bertanya mengapa dan mengapa Allah membiarkan hamba-Nya menghadapi ujian dan cobaan yang berat seperti ini. Sudahkah kita menyadari?

Tidak ada suatu perkara yang terjadi tanpa adanya awalan. Dalam artian, setiap apa yang terjadi bermula dengan apa yang kita lakukan. Tidak ada dosa yang berlalu tanpa adanya perhitungan dan balasan. Begitupun dengan kebaikan yang tidak akan hilang sebelum adanya balasan.

Lihat dan renungkan, apa yang telah kita perbuat, apa yang telah kita ucap, sehingga Allah memberikan ujian yang kian menikam jiwa. Adakah dosa yang belum kentara? Adakah khilaf yang tak terlihat mata? Merenunglah dalam malam-Nya dan nikmati apa yang Allah beri. Bisa jadi musibah yang menimpa saat ini merupakan satu jalan untuk meraih kebahagiaan di kemudian hari. Seperti penjelasan Allah dalam firman-Nya,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
Surah Asy-Syura (42:30).

Sekali-kali tidak akan Allah menguji tanpa adanya sebab dan balasan. Apa yang terjadi saat ini merupakan satu balasan dari sekian banyaknya dosa yang telah lama terpendam dalam catatan tangan Tuhan. Maka, ketika musibah itu datang menghampiri diri, merenunglah dan buka lembaran dosa yang telah terlampaui begitu saja. Sibukkanlah diri membenahi ucap dan sikap, meminta ampun dengan penuh keikhlasan dari segala dosa-dosa yang menjadi sebab di datangkannya musibah ataupun gangguan dari orang lain. Bukan justru menyibukkan diri mencela orang lain dan menyalahkan orang lain terhadap apa yang tengah terjadi.

Kita pasti pernah merasakan adanya musibah dalam kehidupan, dan ketika musibah itu berjalan, bukan taubat dan do’a yang sibuk kita panjatkan, melainkan sibuk mencari-cari kesalahan orang yang berhubungan dengan terjadinya masalah kita. Duhai sahabat, orang lain bukanlah Tuhan yang dapat menempatkan diri dikehidupan kita. Orang lain hanyalah orang yang sama dengan kita, sama-sama manusia yang banyak melahirkan bencana karena dosa.

Sempurnanya manusia karena ia dilengkapi dengan akal yang mampu menuntun hati dan pikiran berjalan beriringan dalam satu waktu. Dengan keistimewaan itu pula, Allah mempercayakan kemerdekaan dunia pada makhluk yang bernama manusia. Namun, meskipun Allah memberikan dunia kepada manusia, tidak sepatutnya kita melupakan siapa dan darimana kita berasal, dari siapa kehidupan dan keindahan yang memenuhi pandangan mata ini. Karena Allah, dunia kita bercahaya dan penuh warna, karena Allah mata ini mampu melihat seluruh keindahan alam semesta, karena Allah nafas ini masih menari di dalam diri, karena Allah mata ini masih membuka ketika kita bangun tidur. Lalu pantaskah jika kita melupakan semua apa yang Allah berikan dengan menggantungkan kebahagiaan dengan manusia yang sama derajatnya dengan kita? Seorang hamba.

Ali bin Abi Thalib r.a berkata: “Janganlah seorang hamba berharap kecuali pada Rabb-Nya, dan janganlah seorang hamba takut melainkan pada dosanya.” Tidak seharusnya kita terlalu banyak berharap kepada manusia. Karena faktanya, manusia lain tidak jauh berbeda dengan diri kita, sama-sama memiliki banyak kekurangan dan sedikitnya kelebihan. Bergantung dan berharaplah kepada-Nya yang sudah pasti akan mengabulkan apa yang kita mau, memenuhi apa yang kita pinta, mewujudkan apa yang menjadi cita-cita kita. Manusia yang terlampau jauh terlempar dari pelukan Illahi akan merasa bahwa dirinya manusia tanpa raja. Manusia yang bisa berdiri sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain, manusia yang mampu melangkah menggapai sukses dengan kemampuan yang ia miliki dan tak pernah mau menyadari bahwa apa yang ada pada dirinya merupakan anugerah dari Yang Maha Kuasa. Pun janganlah merasa bahwa ketakutan berpacu pada manusia. Sekejam-kejamnya manusia, tidak akan mampu menentukan jalan cerita kehidupan kita. Takutlah hanya kepada Illahi Rabbi, pasrahkan segala apa yang ada pada diri hanya kepada-Nya.

“Tidaklah malapetaka itu turun melainkan dengan sebab dosa. Dan tidaklah petaka itu diangkat melainkan dengan taubat.” (Al Jawabul Kaafi, 87).

Tanpa disadari, semua musibah yang menimpa diri terjadi karena ulah sendiri. Karena banyaknya dosa yang terabaikan tanpa pertaubatan, terlupakan tanpa adanya perenungan. Allah memberi musibah bukan untuk menghakimi umat-Nya, melainkan Allah rindu akan panggilan sayang dan curahan cinta yang terlntar dari hati kecil kita, rindu akan air mata dosa yang mengalir dengan ikhlasnya.

Belajarlah untuk menerima dan bersabar terhadap apa yang kita terima. Bukan tanpa alasan dan balasan Allah memberikan ujian, melainkan sebagai bentuk kasih sayang Allah terhadap umat-Nya. Menyeru kita untuk kembali merengkuhnya dalam do’a, mencintai-Nya seperti Ia mencintai umat-Nya, kembali ke jalan yang telah Allah sediakan untuk menggapai bahagia.

Yuk mari kita merenungi apa yang telah kita lewati sejauh ini. adakah dosa yang terlewat tanpa taubat, adakah kalimat yang meninggalkan luka bersayat, adakah Allah dalam rengkuhan do’a kita. Bercerminlah sebelum orang lain memberikan cermin. Memperbaiki kesalahan sebelum diingatkan akan menjadi lebih baik daripada diingatkan orang lain sebelum diri menyadari.

Semua karena dosa. Apapun bentuknya musibah, itu terjadi karena Allah memberikan kesempatan untuk kita merenungi apa yang salah dari dalam diri ini, dosa apa yang membuat Allah menegur diri dengan cara seperti ini. Percayalah, dengan adanya taubat dalam tiap khilaf, maka dosa yang menebal perlahan akan mengikis. Semoga dengan adanya tulisan ini, kita semakin menyadari akan adanya dosa yang terus mengikuti dan tak pernah pergi sebelum diri menyadari. Bergerak cepatlah untuk menyadari akan adanya dosa yang belum disadari, agar musibah mampu dihindari. Bersegeralah taubat perihal dosa yang terabaikan, agar Allah menurunkan kasih sayang, bukan musibah yang memilukan.

بركلاه عليك




Silahkan SHARE jika dirasa bermanfaat.....


Sumber : LOVE ISLAM